Rabu, 17 Agustus 2011

Wana


Altar bumi
beribu sunyi
ranggas
humus

melata cahaya
tak ada bara
pokok tua
renta
muda
warna..

Perahu


Tambat ketika tak ada lagi ikan
hari-hari memudar
sunyi gelepar malam
suram biru

dalam tidur panjang
beban memenuhi keranjang
bisu derit ranjang
waktu adalah senjang

O nelayan
wajah dalam tempayan
racun meramu laut
maling selicin belut

Perdu


Ranggas mengering
entah apa hilang hijau bumi
wangi daun basah mulai asing
mimpi musim semi
perdu dinegeri seberang
kerontang disini


suatu sore dalam perbincangan kopi
kau tawarkan bibit sawit
sejuta hektar menghampar
tapi genggammu menampar
luka kembali tersayat
perdu disini sepi

tapi ada perdu bambu subur menyumbul
kuanyamkan gedek tanpa politur
biarlah asap dapur menyeruak membubul
nasi tak berlauk agar anak-anak tetap akur

ha..perdu bambuku mau kau runcingkan...?
lalu
dinding gedek kau ganti apa..?
diam saja..
seruput kopi
dengarlah desau daun-daunnya...
atau kau ingin bayu mencumbu debu..?